Rujukanke Psikiater Pakai BPJS Bisa Gratis. Setelah berkonsultasi dan menjelaskan gejala yang aku alami beberapa bulan ke belakang dan ada indikasi untuk menyakiti diri sendiri. Aku pun memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter jiwa. Dokter pun memberikan rujukannya, aku pun meluncur ke rumah sakit tujuan.
Kesehatan jiwa menjadi sesuatu yang penting dan harus turut diperhatikan oleh semua orang. Salah satu cara menjaga kesehatan jiwa adalah dengan mengunjungi psikiater. Kabar baiknya sekarang Anda bisa ke psikiater pakai BPJS Kesehatan, lho! BPJS Kesehatan saat ini mampu memberikan perlindungan kesehatan di beberapa bidang. Setelah sebelumnya dibahas tentang beli kacamata pakai BPJS Kesehatan, kali ini Anda bisa ke psikiater pakai BPJS Kesehatan. Nah, kira-kira bagaimana nih cara ke psikiater pakai BPJS Kesehatan? Buat Anda yang ingin mengetahui semua informasi mengenai ke psikiater pakai BPJS Kesehatan Anda wajib membaca artikel ini hingga selesai Baca Juga Apakah Biaya Pasang Behel Apakah ditanggung Asuransi? Buat Anda yang membutuhkan kunjungan ke psikiater, salah satu yang sering jadi pertanyaan adalah ke psikiater pakai BPJS Kesehatan, apakah bisa? Jawabannya adalah bisa. Anda bisa melakukan kunjungan dan konseling ke psikiater dengan BPJS Kesehatan. Ini sesuai dengan kebijakan BPJS Kesehatan dimana konseling merupakan salah satu jaminan kesehatan Nasional-KIS. Dari situs resmi BPJS Kesehatan, Anda bisa mendapatkan konseling dari psikiater dengan BPJS Kesehatan asalkan Anda mengikuti alur yang telah ditentukan. Salah satunya adalah Anda telah mengikuti aturan yang berlaku untuk ke psikiater dengan BPJS Kesehatan dan juga telah melengkapi dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Ini dilakukan agar nantinya Anda tidak perlu bolak-balik mengurus administrasi untuk bisa konseling psikiater dengan BPJS Kesehatan. Anda bahkan bisa mendapatkan konseling BPJS Kesehatan secara gratis dengan adanya surat rujukan. Gimana, mudah bukan? Cara ke Psikiater Pakai BPJS Kesehatan Kesehatan jiwa saat ini jadi bagian yang diperhatikan oleh pemerintah. Ini terbukti dengan masuknya psikiater ke salah satu bagian yang bisa di-cover oleh BPJS Kesehatan. Buat Anda yang ingin mengunjungi psikiater dengan BPJS Kesehatan, berikut cara yang bisa Anda lakukan 1. Mencari Tahu Poli Jiwa yang Bisa Menerima BPJS Kesehatan Cara pertama yang harus Anda lakukan untuk bisa ke psikiater pakai BPJS Kesehatan adalah mencari tahu poli jiswa yang bisa menerima BPJS Kesehatan. Untuk bisa mengunjungi poli jiwa secara mudah, Anda harus memastikan Faskes 1 BPJS Kesehatan Anda memiliki poli jiwa. Saat ini telah banyak puskemas yang memiliki poli jiwa. Jika Faskes 1 Anda memiliki poli jiwa, Anda bisa langsung mengunjungi puskesmas Faskes 1 Anda untuk melakukan konseling ke psikiater. Namun jika di puskesmas Faskes 1 Anda tidak memiliki poli jiwa, Anda bisa meminta surat rujukan dari dokter yang ada di Faskes 1 Anda untuk bisa melakukan konseling psikater dengan BPJS Kesehatan. 2. Melengkapi Berkas Administrasi Selanjutnya yang harus Anda lakukan adalah melengkapi berkas administrasi yang dibutuhkan. Ini bertujuan untuk memberikan bukti bahwa Anda benar-benar peserta aktif BPJS Kesehatan. Ada beberapa lampiran yang harus Anda siapkan untuk melengkapi berkas BPJS Kesehatan ini, yaitu Fotokopi KTP Fotokopi KK dan kartu BPJS Kesehatan Surat keterangan diagnosis Kartu asli BPS Kesehatan Pastikan semua berkas tersebut lengkap dan tidak ada yang ketinggalan. Setelah menyiapkan semua dokumen tersebut, Anda bisa mengunjungi puskesmas, klinik, atau rumah sakit yang menjadi rujukan. 3. Masuk ke Proses Verifikasi Setelah mengunjungi pusat kesehatan yang memiliki poli jiwa, selanjutnya Anda akan masuk ke proses verifikasi. Proses verifikasi ini melibatkan berkas atau dokumen yang Anda bawa. Setelah proses verifikasi selesai, Anda baru bisa mendaftar dan akan mendapatkan nomor antrian untuk konsultasi. Untuk menghindari antrian yang panjang, Anda disarankan untuk melakukan registrasi sebelum hari kunjungan Anda ke psikiater. 4. Pastikan Anda Memaksimalkan Sesi Konseling Setelah melalui proses panjang, tibalah sesi utama yakni konseling bersama psikiater. Pastikan Anda memaksimalkan sesi konseling Anda bersama psikiater. Anda bisa menceritakan semua masalah dan kendala yang sedang Anda hadapi. Sebisa mungkin Anda juga menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh psikiater. Menjawab pertanyaan dari psikiater dapat membantu psikiater dalam memberikan diagnosis dan juga obat yang Anda butuhkan. Setelah sesi konseling, psikiater akan memberikan obat yang akan membantu pemulihan mental Anda. Anda bisa menebus resep obat yang diberikan oleh psikiater di apotek atau bagian farmasi dan konsumsi obat sesuai anjuran yang diberikan oleh psikiater. 5. Lakukan Konseling dengan Psikiater secara Berkala Untuk bisa sembuh dari gangguan atau sakit mental yang diderita, diperlukan konseling secara berkala dengan psikiater. Jadi, pastikan Anda melakukan sesi konseling dengan psikiater secara berkala agar gangguan mental Anda bisa teratasi dan membaik. Dengan rutin melakukan konseling ke psikiater, Anda bisa perlahan mengatasi setiap permasalahan yang ada. Jika Anda berhenti melakukan konseling ke psikolog dengan alasan bosan atau lelah, justru bisa membuat gangguan jiwa Anda menjadi lebih parah lagi. Baca Juga Mau Dapat Premi Asuransi Murah? Yuk Terapkan Strategi Ini! Ciri-ciri Seseorang Harus ke Psikiater Tidak semua orang paham akan pentingnya kesehatan jiwa. Padahal kesehatan jiwa itu sama pentingnya dengan kesehatan fisik yang tampak di tubuh kita. Nah, berikut beberapa ciri-ciri seseorang harus mengunjungi psikiater Anda mengalami sedih yang berlebihan dan berkepanjangan. Aktivitas Anda bahkan ikut terganggu karena sedih yang berlebihan dan berkepanjangan ini; Mengalami masalah tidur, mulai dari tidur terasa tidak nyenyak hingga mengalami mimpi buruk berkali-kali yang membuat Anda merasa semakin tertekan; Selalu cemas dan kesulitan merasa tenang dalam waktu yang lama dan juga di situasi tertentu; Menggantungkan diri pada minuman keras dan psikotropika untuk bisa bahagia dan melakukan kesedihan yang dirasakan; Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup dan mencoba menyakiti diri sendiri. Jika Anda memiliki ciri-ciri tersebut, Anda bisa mempertimbangan untuk melakukan konseling ke psikiater. Toh, untuk masalah biaya Anda bisa ke psikiater pakai BPJS Kesehatan. Jika memang Faskes 1 Anda tidak ada poli jiwa, Anda bisa mengunjungi dokter umum dan mendapatkan rujukan ke rumah sakit atau layanan kesehatan yang menyediakan fasilitas poli jiwa. Baca Juga Daftar Layanan dan Penyakit yang Tidak Ditanggung BPJS Kesimpulan Itulah tadi penjelasan mengenai ke psikiater pakai BPJS Kesehatan yang wajib untuk Anda ketahui. Sejatinya, diri kita sendiri yang tahu bagaimana keadaan diri kita. Jika memang Anda merasa ada yang salah dalam diri Anda baik itu secara jasmani atau rohani, jangan ragu untuk meminta bantuan ke ahli yakni dengan mengunjung fasilitas kesehatan yang ada. Buat Anda yang membutuhkan asuransi baik itu asuransi jiwa, asuransi penyakit kritis, asuransi mobil, hingga asuransi kebakaran, Moxa bisa menjadi pilihan terbaik. Dengan Moxa Anda bisa memberikan perlindungan terbaik bagi diri Anda dan keluarga Anda. Tidak hanya asuransi, Anda juga bisa melakukan kredit kendaraan, pinjaman, perjalanan religi, hingga tabungan di aplikasi Moxa. Download aplikasinya sekarang juga atau Anda juga bisa mengunjungi website Moxa
Jadibegitulah pengalamanku ke psikiater menggunakan BPJS. Pernah ditolak di faskes 1 saat minta rujukan, akhirnya nyoba bayar pribadi dulu, lalu coba minta rujukan lagi di faskes yang berbeda dengan menunjukan bahwa sebelumnya sudah ada riwayat berobat, sampe akhirnya ketemu dokter di faskes 1 yang mendukung pengobatan kesehatan jiwa.
Saya akhirnya memutuskan menuliskan pengalaman saya ke psikiater pakai BPJS KES karena survey kecil di Instagram Ig story 16 Feb 2021 Hasil survey setelah 24 jam Ada 2886 penyimak media sosial saya dari an pengikut. Lalu dari 2000 an orang ini ada 381 orang yang ketika di suatu masa menghadapi kasus seperti saya atau masalah psikis lainnya baru tahu bahwa BPJS KESEHATAN menanggung luka batin kita juga. Cedera psikis perlu juga diobati seperti penyakit fisik lainnya karena seringkali cedera psikis adalah awal mengapa orang yang terlihat sehat bisa stroke, serangan jantung, diabetes dan tentu saja bunuh diri. Saya hanya menuliskan blog ini karena ada Ada 500 orang memilih untuk membaca tulisan yang pastinya bakal panjang dan lebar ini. Jadi silakan melanjutkan membaca jika anda adalah bagian dari 500 orang tersebut 22 Januari 2021, saya menghubungi teman SMA saya yang notabene seorang dokter untuk merekomendasikan psikiater/ psikolog di RS UI mengenai kasus yang saya alami perundungan daring. Di 22 Januari itu juga saya pergi ke klinik Bahar Medika sebagai faskes 1 saya di BPJS KES untuk meminta surat rujukan ke psikiater. Saya masih bisa merasakan momen ketika saya memasuki ruang dokter umum klinik Bahar Medika. Saya berusaha menata kata-kata saya untuk terlihat kuat tapi hari-hari itu seperti kepala saya dicelupkan diangkat ke dalam air berulang-ulang. Kadang saya bisa cukup sadar bekerja, sering saya hanya berakhir menangis dan stres sendiri. Untuk orang-orang yang akhirnya tahu masalah perundungan daring memang mereka setuju bahwa yang saya hadapi berat karena ini menyangkut dengan trauma 5 tahun yang lalu tidak diselesaikan dengan konsultasi ke profesional. Saya ketika 2016 sok-sokan merasa bisa mengatasi post traumatic stress disorder saya sendiri tanpa menghubungi teman saya yang sudah jadi psikolog profesional atau pergi ke psikiater. Akibatnya adalah double impact di 2021. Luka lama kembali menganga dan saya tidak siap. Saya bisa paham soal post traumatic stress disorder dan menyadari bahwa di Januari 2021 tersebut saya sudah butuh psikiater karena saya sendiri memiliki latar belakang Psikologi. Akan tetapi, saya belum melanjutkan kuliah sampai psikolog sampai sekarang. Jadi saya tahu ada luka tapi ya tidak terakreditasi untuk operasi luka tersebut. Dokter umum sepertinya menangkap air muka saya yang sudah kelelahan secara mental sore itu. Surat rujukan keluar dengan diagnosa Acute and transient psychotic disorders. Saya tidak bisa memilih RS Univ Indonesia karena RSUI tipe B. Saya harus memilih tipe C dulu. Tentu saja saya kembali memilih RS Bunda Margonda. RS yang sama tempat saya operasi myoma sekaligus memang psikiaternya adalah rekomendasi dari kenalan saya di Twitter, Mba Merry MP. Mengapa berbeda antara surat rujukan dengan tebakan saya? Lah itu. Kan sekolah saya cuma sampai sarjana. Aslinya dua diagnosa itu masih di payung yang sama di DSM-V. Apa itu DSM-V? Perlu dijelaskan di sini? Atau google aja sendiri? Jadwal psikiater baru ada Selasa. Jadi Jumat, Sabtu, Minggu adalah hari-hari terkacau saya karena perundungannya tetap berjalan, saya tetap baca komen-komen negatif yang diarahkan kepada saya tanpa ada yang mendampingi saya secara kuat. Jangankan mengobati trauma 2016, cerita saja tidak bisa saya sampaikan ke sembarang orang. Kombinasi sangking takutnya sekaligus ada perasaan yang perlu dijaga. Ketika Selasa akhirnya datang, hal pertama yang saya ucapkan ke psikiater adalah saya butuh kembali bekerja normal.. Saya cuma ingin bisa mikir kreatif.. bukan cuma otak yang bisanya kerja printilan itupun sambil nangis. Begitulah sebuah perundungan bisa menghantam seseorang. Mungkin buat orang lain, perundungan bisa dihadapi dengan lawan balik aja. Cuma di kasus saya, saya cuma bisa meringkuk pasrah terjun bebas dalam rasa bersalah. Iya. Sangking kacaunya isi kepala, saya merasa saya layak untuk mendapatkan perundungan. Saya ingat bagaimana dokter Nina bertanya dengan sangat penuh empati sekali, saya tahu ini tidak akan nyaman untuk diceritakan, tapi boleh dikasitahu apa yang sebenarnya terjadi waktu itu?’ Seketika airmata saya pecah. Persis seperti seminggu sebelumnya ketika saya konsultasi dengan psikolog masalah trauma masa kecil saya. Saya merasa didengarkan dan untuk pertama kalinya dalam hidup orang tidak ujug-ujug menawarkan solusi A, B, C, D kepada saya. Penyelesaian masalahnya tetap diserahkan kepada saya tapi saya seperti merasa dapat pencerahan tentang apa saya yang harus lakukan. Setelah konsultasi tersebut, saya mendapatkan resep obat sekaligus sebuah petunjuk hilangkan stresornya. Jadilah hal-hal yang membuat saya stres saya hapus. Setelah hari Selasa, saya akui obatnya bekerja. Pola tidur saya sangat terjadwal sekali. Saya bisa berpikir tenang dan terang. Saya sebagai orang yang cenderung berlarut dalam mengasihani diri sendiri, baru kali ini bisa beneran melihat diri saya berdiri tegak. Sebenarnya perundungannya tetap berjalan beberapa hari setelah saya ke psikiater. Namun saya memilih untuk tidak membaca lagi komen-komen negatif tersebut. Saya sempat lengah hanya minum obat sampai lima hari. Sehingga di sesi kedua kami, saya mendapat teguran dari psikiater Trauma dari bertahun-tahun bagaimana bisa tuntas hanya dengan minum obat beberapa hari? okey okey dok abis ini VV disiplin habisin obat dan datang sesi! Janji! Merayakan ultah ke-37 setelah sesi ke-2 Setelah sesi kedua, saya pun mulai membuka diri kepada teman SMA dan teman kuliah saya. Juga kepada pendeta dan mama saya. Kata-kata pendeta saya yang bilang bahwa saya sudah diampuni satu kali untuk selamanya tentu hanya akan masuk kuping kiri keluar hidung kanan jika saya tidak minum obat. Apa yang diresepkan ke saya membantu sekali untuk saya selalu berpikir dalam terang. Bukan Vivi yang berpikir dalam murung dan sendu. Ada satu momen ketika teman kuliah saya yang butuh kepastian apakah sahabatnya ini benar-benar sudah baik atau pura-pura tegar. Dia bertanya Kamu bersandar pada siapa jika sewaktu-waktu perundungan itu mulai lagi? Saya tahu menjawab bersandar kepada Tuhan pasti akan berakhir digetok dengan garpu karena jelas itu bukan jawaban yang dibutuhkan kalau kalian sesama nak Psikologi. Saya untuk pertama kalinya merasa terharu bahwa orang di luar sana yang merasa saya selalu kuat ternyata sebenarnya memang butuh bersandar. Saya pun dengan mantap menjawab bersandar ke psikiater! Hahaha. Memang setelah tiga sesi setiap minggunya, saya dinyatakan bahwa sesi dilanjutkan setiap bulan sampai mungkin enam bulan. Namun dokter Nina membuka pintu klinik seluas-luasnya. Jika sewaktu-waktu saya drop karena satu hal dan lainnya, saya bisa datang sekalipun jadwal konsultasi saya belum saatnya. Kesimpulan 1. Saya bersyukur bahwa saya memutuskan ke psikiater. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya setiap harinya merasa damai dan bersyukur 2. Benar kata kartu dari Dameria. Depresi tidak menyampaikan realita yang sesungguhnya. Merasa nyaman menulis daripada angkat telepon sejak 1998. Kisah - kisah di sini terinspirasi dari pengalaman pribadi maupun curhatan kolega/ karyawan saya dengan gaya penulisan satir. Jika Anda merasa perasaan Anda terwakilkan dengan kisah yg diberikan Vivi, silahkan tulis komen dengan empati. Lihat semua pos milik VIVI PengalamanKuret Dengan Bpjs. Sistem pembiayaan yang berlaku di RS adalah tarif paket Ina CBG, artinya tarif paket sesuai diagnosa penyakit. Begitupun dengan BPJS Kesehatan juga menjamin tindakan psikoterapi dan prosedur tes diagnostik kesehatan jiwa. Cara menggunakan BPJS untuk pengobatan ke psikolog Ada 3 cara memanfaatkan fasilitas BPJS untuk pemeriksaan kesehatan mental, yakni 1. Datangi faskes pertama Langkah awal yang perlu Anda lakukan adalah mendatangi fasilitas kesehatan faskes pertama. Faskes bisa berupa dokter umum, puskesmas, klinik kesehatan, atau rumah sakit. Kemudian, Anda perlu mencari informasi apakah pada faskes pertama itu terdapat poli jiwa atau layanan psikolog atau tidak. Jika tidak ada, maka Anda bisa meminta surat rujukan untuk mendapatkan pelayanan poli jiwa. 2. Lakukan konsultasi Jika pada langkah pertama Anda sudah mendapatkan layanan psikolog, maka Anda bisa melakukan konsultasi langsung pada faskes tersebut. Baca Juga BPJS Checking, Peserta Wajib Tahu Aturan dan Denda BPJS Kesehatan 3. Ambil rujukan obat Saat sesi konsultasi, psikolog akan melakukan pemeriksaan berdasarkan keluhan dan melakukan serangkaian tes untuk mendapatkan diagnosa. PROMOTED CONTENT Video Pilihan Denganharapan segala pengalaman dan strategi yang diterapkan di RS An-nisa bisa menjadi acuan RSMM Timika melayani pasien BPJS. Menurutnya, pasien warga 7 suku di Mimika juga berhak mendapat fasilitas layanan kesehatan gratis oleh pemerintah dan bukan dari YPMAK selaku pengelola dana kemitraan PT. Freeport saja.
Psikiater adalah tenaga kesehatan yang tepat untuk ditemui ketika mengalami gangguan kesehatan mental dan membutuhkan perawatan medis. Langkah pertama yang penting dalam proses perawatan gangguan mental adalah menemukan seorang psikiater yang tepat. Mendapatkan psikiater yang tepat sangat penting karena berpengaruh pada keberhasilan terapi. Meskipun membutuhkan waktu dan kesabaran dalam mendapatkan psikiater yang tepat, tapi jangan khawatir, di sini Anda akan diberikan panduan dalam memilih psikiater. Perbedaan Antara Psikiater dan Psikolog Saat Anda membutuhkan psikiater, jangan sampai tertukar dengan psikolog. Banyak orang yang masih salah membedakan antara psikiater dengan psikolog. Meskipun memiliki persamaan, tentu saja ada perbedaan di antara kedua profesi ini. Psikiater Psikiater adalah ahli medis yang fokus menangani masalah kesehatan mental dan perilaku melalui upaya pencegahan, kuratif, dan rehabilitatif dengan pemberian konseling, psikoterapi, dan obat-obatan. Latar belakang pendidikan seorang psikiater adalah dokter umum yang telah menempuh jenjang PPDS Program Pendidikan Dokter Spesialis dalam ilmu kedokteran jiwa atau psikiatri selama 8 semester. Dengan kata lain, psikiater adalah dokter spesialis kejiwaan dengan gelar Spesialis Kedokteran Jiwa, yang memiliki keterampilan klinis dalam mendiagnosis, melakukan pengobatan, perawatan dan pencegahan pada masalah kesehatan mental. Psikiater juga menangani penyalahgunaan zat-zat tertentu dan masalah kecanduan adikisi. Oleh karena itu, psikiater dapat memberikan resep obat-obatan, seperti halnya dokter pada umumnya. Psikolog Sementara itu, psikolog adalah tenaga ahli yang lebih fokus dalam memberikan solusi dari sudut pandang nonmedis seperti praktik konseling dan psikoterapi. Mereka juga menempuh bidang akademik yang berbeda, yaitu ilmu psikologi. Cakupan bidang psikologi antara lain pola hidup, tumbuh kembang, dan pengaruh lingkungan sosial terhadap pasien. Mengingat psikolog bukan dokter medis, maka psikolog tidak memiliki kewenangan klinis dalam memberikan resep obat atau prosedur medis lainnya. Tips Mencari Psikiater yang Tepat Anda tidak perlu bingung mencari dan memilih psikiater yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan Anda. Berikut adalah panduan yang bisa Anda gunakan 1. Konsultasikan dengan dokter Untuk mendapatkan psikiater yang tepat, Anda bisa memulainya dengan berkonsultasi dengan psikolog atau ke dokter umum. Dokter umum dapat menentukan perkiraan diagnosis sesuai keluhan dan kondisi Anda yang nantinya dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan jiwa yang sedang dihadapi. Selain itu, dokter umum atau psikolog dapat memberikan beberapa rekomendasi psikiater yang praktik di daerah tempat tinggal Anda. 2. Tanyakan kepada keluarga atau teman Anda dapat mencari rekomendasi psikiater yang tepat dengan menanyakannya kepada keluarga, teman, atau kerabat di lingkungan Anda. Besar kemungkinan juga Anda bisa mendapatkan informasi dari komunitas, media darling, atau organisasi kesehatan di bidang kesehatan mental baik melalui internet atau telepon. 3. Pertimbangkan biaya yang dibutuhkan Periksa peraturan asuransi kesehatan yang Anda ikuti. Biasanya perusahaan asuransi turut berisi daftar psikiater dan pilihan pengobatan yang diasuransikan. Pilih pengobatan yang paling tepat untuk kondisi kesehatan mental Anda dan periksa semua persyaratannya, termasuk ditanggung atau tidaknya obat-obatan yang Anda bisa dapatkan dari pengobatan melalui psikiater. Pertimbangkan juga mengenai biayanya apabila tidak ditanggung oleh asuransi. Tips Memilih Psikiater Saat memilih psikiater, Anda harus mempertimbangkan hal-hal berikut Utamakan psikiater yang memiliki lisensi dan izin praktik resmi yang dapat divalidasi. Pilih yang lokasi prakteknya dekat dengan rumah atau kantor Anda. Buat jadwal kunjungan ke tempat praktik psikiater tersebut, yaitu dapat melalui surel atau telepon langsung. Pastikan Anda dan psikiater sepakat dengan metode terapi dan tujuan pengobatan yang akan Anda dapatkan. Pada kondisi tertentu, psikiater mungkin akan merujuk Anda ke dokter spesialis lain bila Anda memerlukan penanganan medis tertentu, misalnya ke dokter penyakit dalam untuk mengobati diabetes atau hipertensi. Tips Berobat ke Psikiater Mungkin Anda merasa tidak membutuhkan bantuan psikiater dan merasa bisa menyelesaikan permasalahan pribadi Anda sendiri. Namun, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi, terutama dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi yang mendasarinya, seperti Mengalami perubahan suasana hati, pikiran, dan emosi yang sering kali terjadi secara tiba-tiba. Mengalami depresi, cemas, merasa takut berlebihan, gangguan tidur insomnia, hingga muncul niat untuk bunuh diri. Mengalami gangguan halusinasi, misalnya mendengar suara-suara yang tidak didengar orang lain. Memiliki atau merasakan ketergantungan terhadap efek obat-obatan, zat, atau hal tertentu. Misalnya, kecanduan narkoba, alkohol, hingga kecanduan belanja atau berjudi. Jika Anda atau keluarga memiliki riwayat gangguan mental dan perilaku, seperti gangguan obsesis-kompulsif OCD, gangguan bipolar, atau skizofrenia, sebaiknya periksakan diri ke psikiater. Sering mengalami amnesia terhadap kejadian-kejadian tertentu, misalnya akibat kepribadian ganda Banyak orang yang merasa malu atau takut saat mengalami gangguan-gangguan mental. Sebaiknya buang rasa malu atau takut tersebut dan segera pertimbangkan untuk mencari pertolongan. Jika merasa gugup untuk berkonsultasi ke psikiater, Anda bisa minta sahabat atau keluarga untuk menemani. Bicarakan semua keluhan yang dirasakan dan ikuti pengobatannya sampai Anda benar-benar pulih dan mengalami perbaikan gejala. Berhasil atau tidaknya pengobatan tergantung dari komitmen, kesabaran, dan kerja sama Anda dengan psikiater. Umumnya efek terapi yang didapatkan akan dirasakan setelah beberapa waktu menjalani pengobatan dengan psikiater.
Padahalmereka belum pernah sekalipun datang ke ahlinya seperti psikolog/psikiater untuk konsultasi. Kalau kalian menemukan orang seperti ini, kasih tahu dia untuk segera ke psikolog/psikiater, ya. Gak ada lagi alasan gak punya duit, karena sekarang biaya untuk ke psikolog/psikiater sudah ada yang ditanggung sama BPJS, lho.
- Gangguan kesehatan mental seringkali dianggap penyakit nomor dua. Tidak seperti penyakit fisik yang langsung dikonsultasikan ke tenaga kesehatan ketika mendapat gejala, orang umumnya menunda terapi gangguan kesehatan mental. Salah satu faktor yang membuat masyarakat enggan memeriksakan gangguan kesehatan mental adalah soal biaya. Konsultasi ke tenaga ahli kesehatan jiwa seperti psikolog maupun psikiater bisa dibilang mahal. Dalam sekali kunjungan konsultasi bisa menghabiskan sekitar Rp400 ribu – 1 juta, bahkan lebih. Padahal Kepala Humas BPJS Kesehatan, M. Iqbal Anas Ma’ruf, mengatakan BPJS Kesehatan menjamin layanan rehabilitasi dan kuratif kesehatan mental. Salah satunya dengan terapi BPJS Kesehatan dapat mengklaim biaya berobat penyakit mental. Perlindungan ini termasuk dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat JKN-KIS. Langkah-langkah berobat ke psikolog dengan BPJS Berikut tahapan proses pengobatan kesehatan mental menggunakan BPJS Kesehatan. Pastikan Anda memiliki kartu kepesertaan BPJS Kesehatan aktif Pergi ke faskes tingkat pertama yang menjadi rujukan kepesertaan Anda. Daftar dengan tujuan pemeriksaan di Poli Jiwa dan Anda sudah bisa menikmati layanan konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Jika faskes pertama tidak memiliki Poli Jiwa, ceritakan semua keluhan dan gejala mental yang dialami kepada dokter umum di sana, mereka akan memberi rujukan ke faskes lanjutan. Siapkan dokumen penting untuk mendaftar di faskes lanjutan, di antaranya fotokopi KTP, fotokopi Kartu Indonesia Sehat/BPJS, fotokopi kartu keluarga, dan surat rujukan. Daftar di hari yang berbeda agar tidak terjadi penumpukan antrean. Jika memungkinkan daftar terlebih dulu lewat aplikasi, atau layanan pelanggan. Pastikan datang lebih awal dari jadwal konsultasi, karena biasanya terdapat pemisahan antrean pasien BPJS Kesehatan, dan antrean di kelompok ini lebih panjang dari pasien umum/asuransi. Anda bisa langsung berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater di rumah sakit. Ceritakan dan isi semua penilaian yang diberikan di Poli Jiwa agar Anda mendapat terapi yang maksimal. Terakhir, lakukan kontrol sesuai anjuran ahli, jika mendapat obat minum sesuai dosis dan jangan pernah menghentikan terapi sendiri. Surat rujukan dari faskes pertama punya masa aktif hingga 3 bulan. Jadi setelah periode tersebut Anda perlu mengulangi proses berobat dari awal. Jika mengalami kendala rujukan di faskes pertama, misal faskes menolak memberi rujukan, Anda bisa mencoba periksa ke psikolog atau psikiater secara umum. Kemudian mintalah surat pengantar berisi diagnosis untuk pindah berobat menggunakan BPJS Kesehatan. Setelah itu pergi ke faskes pertama dan lampirkan surat pengantar tersebut. Pastikan konsultasi psikolog atau psikiater yang Anda pilih di awal dapat dijangkau dengan BPJS juga Mengenal Gangguan Kesehatan Mental dan Solusinya Mental Health Day 2021 & Curhat Lee Seung Gi Soal Kesehatan Mental Cara Pencairan Dana BSU BPJS Ketenagakerjaan 2021 dengan BUREKOL BSU BPJS Ketenagakerjaan Cair Rp1 Juta, Cek Penerima Via Web dan WA - Kesehatan Penulis Aditya Widya PutriEditor Nur Hidayah Perwitasari
IkatanPsikolog Klinis (IPK) wilayan Maluku memberikan layanan konsultasi psikologi secara gratis untuk masyarakat Maluku dan sekitarnya dengan ketentuan, ya. Layanan konseling psikologi ini hanya untuk kamu yang merasakan cemas, gelisah, atau gangguan psikis lainnya terkait pandemi Covid-19. Gratis!
Banyak yang urung konsultasi dengan psikolog dan psikiater karena biayanya yang mahal. Tenang saja,saat ini pengobatan kesehatan mental sudah bisa menggunakan layanan BPJS. Hai kawan, di dua artikel SMILE yang sebelumnya, saya sudah cerita tentang pengalaman saya konsultasi ke psikiater dengan biaya sendiri dan sedikit gambaran tentang bipolar disorder. Sekarang saya mau cerita tentang konsultasi ke psikiater dengan menggunakan BPJS. Jadi kan biaya konsultasi dan obat setiap bulan bisa hampir 3 juta, akhirnya saya putuskan untuk pindah ke layanan BPJS. Karena bipolar kan tidak bisa disembuhkan, hanya bisa dikontrol, jadi saya harus minum obat seumur hidup. Terbayang kan mahalnya dan uang yang harus saya keluarkan hanya untuk beli obat. Dan ternyata, meski pakai BPJS, konsultasi yang saya jalani tetap menyenangkan dan memuaskan. Periksa di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama FKTP Sama seperti saat saya berobat tumor payudara dengan BPJS. Pertama-tama saya berobat dulu di FKTP. Sebenarnya agak was-was karena lagi pandemi. Tapi saya pikir lebih cepat berobat lebih baik. Lagipula saya tidak cocok dengan Depakote ER yang diberikan oleh psikiater. Seluruh tulang saya terasa sakit. Saya pergi ke Klinik Siloam di Gading Serpong. Seorang dokter muda menanyakan keluhan saya. Karena dulu waktu saya minta rujukan pengobatan tumor payudara ke RSU Siloam, dokter ini juga yang periksa, dokter pikir keluhan saya masih tentang tumor. Saya seneng sih, dia begitu perhatian dan tidak lupa dengan perkembangan pasiennya. Pas saya bilang saya minta rujukan ke psikiater, baru dia tanya-tanya kondisi psikologis saya. Saya ceritakan kalau saya didiagnosa bipolar. Terus dia tampak khawatir, tanya apa saya ingin bunuh diri? apa saya pernah mendengar bisikan? Dia juga memastikan kalau saya sedang stabil, karena khawatir kalau terlalu lama, saya akan merasa tertekan. Konsultasi Psikiater di RS Tipe C Saya akhirnya dirujuk ke psikiater yang ada di RS Mitra Keluarga Gading Serpong RS Tipe C. Jadi saya gak bisa bertemu psikiater saya yang pertama kali mendiagnosa saya bipolar. Karena dari FKTP tidak bisa langsung ke RSU Siloam RS Tipe B. Jenjang di BPJS mesti diikuti. Setelah dapat rujukan, saya langsung ke RS Mitra Keluarga. Ternyata di RS Mitra Keluarga tidak bisa langsung mendapat layanan BPJS, tapi harus daftar dulu dua hari sebelumnya. Kebetulan saya datang hari Kamis. Psikiater praktek setiap Selasa dan Kamis. Berarti hari Jum’at saya harus daftar via telepon atau WA untuk reservasi lebih dulu. Nah, pas hari Jum’at saya daftar via WA. Admin RS meminta saya daftar langsung melalui telepon. Saya telepon nomor yang diberikan. Terus ditanya-tanyalah. Pas tahu saya pasien baru, admin bilang, kalau untuk psikiater, selama pandemi, dr. Ryan Psikiater di RS Mitra Keluarga Gading Serpong tidak menerima pasien baru untuk sementara waktu. Jadi hanya melayani konsultasi pasien lama. Dan ini waktunya tidak ditentukan. Ya sudah, saya pikir saya bisa bertahan dengan obat. Tapi karena sakit di sekujur tubuh saya tidak bisa ditahan. Akhirnya obatnya saya stop. Biar gak kumat, saya bikin jurnal perubahan mood selama gak minum obat, biar terlihat bedanya dan mood saya tetap terkontrol. Ternyata saya sendiri kaget, mood saya bisa berubah dalam waktu cepat. Pagi bisa semangat banget, siangnya malah down dan sedih. Kadang badannya mau gerak terus, tapi males dan ngantuk. Absurd deh. Saya juga kembali mengalami depresi yang sempat bikin pingsan. Minum Depakote ER stabil lagi, tapi ya gitu, tulang pada sakit. Dengan kondisi naik-turun begini saya putuskan kembali ke FKTP untuk minta rujukan ke psikiater di RS lain. Tapi hanya ada dua RS Tipe C yang ada psikiaternya. Pilihanya cuma RS Mitra Keluarga Gading Serpong dan RS Qadr. Sejujurnya saya lebih nyaman dengan RS Mitra Keluarga, jadi akhirnya saya putuskan tidak ganti surat rujukan, biar saya tunggu saja setelah pandemi membaik. Di pertengahan bulan Juni, baru saya kontak RS Mitra Keluarga lagi. Alhamdulillah, dr. Ryan sudah terima pasien baru. Sekalian saya daftar. Di hari yang ditentukan, saya pergi ke RS Mitra Keluarga. Ambil antrean psikiater yang baru dibuka satu jam sebelum dr. Ryan praktek. Cukup rapi dan nyaman untuk pelayanan pasien BPJS. Selesai ambil no antrean, saya harus antre dulu untuk tensi darah, timbang berat badan dan ukur tinggi badan. Setelah operasi kan berat badan saya turun dua kilo, sekarang malah naik empat kilo dari berat badan terakhir. Syukurlah. Beres tensi darah, saya duduk di ruang tunggu dr. Ryan. Di sebelah saya ada seorang lelaki berusia 50 tahun yang juga pasien dr. Ryan. Lelaki itu mengangka saya mahasiswa yang butuh data dan ingin wawancara dr. Ryan. Saya bilang saja saya pasien juga yang didiagnosa bipolar. Lelaki itu langsung cerita panjang lebar kalau dia mendertita penyakit saraf dan jiwa. Selama 30 tahun hidupnya, dia didampingi psikiater dan minum obat. Dia juga sering mengalami delusi dan halusinasi. Lelaki itu juga memberi saya semangat. Terutama agar saya tidak merasa beda dengan manusia lain dan termakan stigma negatif tentang gangguan jiwa. Sebagai orang yang introvert, mengobrol dengan orang baru hampir satu jam bukanlah hal yang menyenangkan. Apalagi banyak kata-kata yang terkesan tidak masuk akal. Baru sadari ruang tunggu psikiater ternyata lebih menakutkan ketimbang konsultasi dengan psikiater itu sendiri. Lelaki itu baru berhenti bicara ketika namanya dipanggil. Dia masuk lebih dulu ke ruang psikiater. Tak lama setelah dia keluar,giliran saya masuk ke ruang psikiater. Saya bertemu dengan dr. Ryan yang sangat ramah. Dia menanyakan bagaimana kondisi saya dan apa yang sedang saya rasakan? Saya ceritakan kondisi saya dan ketidakcocokan saya dengan depakoter ER. Sayangnya di RS Mitra Keluarga hanya tersedia Depakote ER. Dr. Ryan tidak mau ambil resiko memberikan obat ini ke saya. Jadi saya dirujuk lagi ke RS Tipe B, RSU Siloam. Konsultasi Psikiater di RS Tipe B Akhirnya saya kembali mengantri di layanan BPJS RSU Siloam Karawaci. Nah untuk psikiater gak bisa langsung konsultasi, tapi harus reservasi dulu. Saya reservasi hari Kamis dan baru dapat jadwal sekitar hari Selasa di pekan berikutnya. Saya dijadwalkan konsultasi dengan dr. Waskita. Pas hari Selasa saya balik lagi Ke RSU Siloam Karawaci. Suasana mulai ramai meski masih dalam situasi pandemi. Saya daftar jam karena dr. Waskita praktek jam Tapi dr. Waskita baru datang hampir jam siang. Saya menunggu lebih dari satu jam. Ketika nama saya dipanggil, saya masuk ke dalam ruangan psikiater yang cukup sepuh. Saya bilang, sebelumnya saya sudah ke dr. Eva dan diberikan beberapa jenis obat. Meski saya pasien BPJS, tapi dr. Waskita memeriksa dengan teliti. Hal-hal yang sebelumnya tidak ditanya oleh dr. Eva. Beliau bertanya mulai dari jadwal mentruasi, riwayat keluarga yang bipolar, status pernikahan karena ada obat yang gak boleh buat orang hamil, perasaan saya saat itu dan beberapa pertanyaan lain. Sayangnya, pilihan obat BPJS gak banyak, jadi dokter tidak leluasa memberikan obat yang kira-kira cocok buat pasien. Akhirnya dr. Waskita kasih saya tiga obat. Lengkapnya mudah-mudahan bisa saya ceritakan diartikel selanjutnya. Dua obat untuk menyeimbangkan hormon di otak saya dan satu obat untuk menangkal efek dari dua obat ini. Ketiga obat ini diberikan untuk 30 hari. Jadi, sebulan lagi saya harus kontrol ke dr. Waskita. Kalau saya kontrol sebelum 30 hari, BPJS tidak akan menanggung obat saya untuk bulan berikutnya. Jadi harus sesuai jadwal. Plus dan Minus Konsultasi Psikiater dengan BPJS Oke, plusnya ya pasti soal biaya. Kalau saya bandingkan, saya berobat bipolar dengan biaya sendiri bisa habis lebih dari 3 juta per bulan. Ini termasuk biaya obat dan konsultasi psikiater. Nah kalau BPJS, saya BPJS Kelas 1, cukup bayar Rp per bulan. Ini sudah ditanggung obat dan konsultasi psikiater. Plus gak perlu repot cari obat karena semua obat yang di resep sudah ada di RS. Nah, minusnya ada beberapa nih Pertama, pasti lebih ribet karena harus urus berkas dan ikuti ketentuan BPJS. Dari mulai FKTP sampai RS Rujukan. Ini makan waktu yang gak sebentar dan harus antre pula. Saya total menghabiskan satu bulan lebih hanya untuk urusan administrasi dan antre. Kedua, tidak bisa bebas memilih psikiater yang diinginkan. Namanya rujukan, ya pasrah saja dirujuk ke mana dan bertemu dengan psikiater yang mana. Kita gak bisa memilih psikiater yang membuat kita nyaman seperti saat membayar secara pribadi. Ketiga, pilihan obat terbatas. Saya kasihan juga dengan dokter, pilihan obat BPJS terbatas. Sebagai contoh, saya cocok dengan abilify discmelt. Saya cek di aplikasi BPJS, obat ini termasuk obat yang ditanggung BPJS. Harganya sebutir mencapai Rp Tapi obat ini gak ada di RS Rujukan Tipe C atau Tipe B. Lah terus obat ini adanya di mana? RSJ? Akhirnya saya dikasih holyperidol yang harganya gak sampai Rp 2000,00/het. Jauh banget kan. Dan efeknya untuk saya sangat drastis. Keempat, harus konsultasi sesuai jadwal. Saya hanya bisa bertemu psikiater dan tebus obat sebulan sekali. Jadi selama sebulan itu, mau obatnya cocok atau tidak, mau ada keluhan atau enggak, saya gak bisa mengakses psikiater saya. Padahal kan ini masalah mental ya. Sakit fisik bisa ditahan, sakit mental tuh berat banget rasanya dan harus menanti satu bulan. Ini gak enak sih. Apalagi kalau ternyata efek obatnya bikin badan malah sakit. Bingung mau terus diminum atau stop? Bingung harus tanya ke siapa? Mau konsultasi harus tunggu sebulan lagi. Ya, ini sedikit cerita dari saya soal konsultasi psikiater dengan BPJS. Memang kalau dibanding konsultasi dengan biaya pribadi, ya lebih enak dengan biaya pribadi. Tapi buat yang butuh banget dan bermasalah dengan biaya, layanan BPJS untuk kesehatan jiwa—konsultasi psikolog dan psikiater—ini bisa dicoba. Semoga kita semua jiwa dan raga….semangat semuanya Tabik, Rika Isvandiary
. 183 463 371 225 31 140 301 16

pengalaman ke psikiater dengan bpjs